“Kita harus bongkar masalah sampai tuntas. Biar puas! Yang merasa tidak punya masalah silakan keluar ruangan saja!”
Kalimat tersebut beberapa kali terlontar oleh seorang peserta ketika PENALAHATI memfasilitasi team building para staf sebuah NGO internasional kantor regional Aceh. Cetusan yang dikeluarkan peserta, yang dominator ini, karuan saja mempengaruhi proses. Ada yang setuju, tapi kebanyakan diam saja, meski tampak tak setuju.
Tim fasilitator dari PENALAHATI coba menawarkan pendekatan yang berbeda. Bukan bertumpu pada masalah, melainkan pada kekuatan mereka sebagai kelompok. Bukan Deficit based thinking (DBT) tapi Asset Based Thinking (ABT). Memang tidak mudah menawarkan pendekatan ini, karena ada beberapa peserta yang ngotot untuk tetap membongkar masalah. Pun begitu, akhirnya peserta sepakat mengikuti proses yang ditawarkan fasilitator setelah melihat pada kenyataan: tahun lalu mereka membongkar masalah di kantor dengan DBT tapi tidak ada perubahan yang berarti. Malah, persoalan semakin meruncing dan banyak yang masih “terluka” karena “buka-bukaan” waktu itu.
Dan, ajaib memang, suasana murung dan penuh dengan kekesalan berubah menjadi positif dan penuh semangat ketika peserta mulai memasuki tahapan-tahapan ABT tersebut. Semangat baru muncul, begitu pula harapan yang besar bahwa mereka bisa menghadapi tantangan yang ada, serta solusi-solusi (lahir dari peserta sendiri) atas masalah yang ada. Resolusi ditandatangani bersama. Memang, tidak lantas menyelesaikan persoalan yang ada. Tapi, paling tidak memberi harapan baru dengan adanya kesepakatan untuk berfikir positif dan apresiatif menghadapi masa depan.
ABT memang ajaib, mampu mengubah atmosfir pertemuan dalam sekejap. Terima kasih untuk seorang kawan yang rela dini harinya terpakai untuk memberikan input tentang pendekatan ini, melalui telepon dari Bali. ABT memang hebat euy! (diq)