Team Building 1: Aceh

September 6, 2008

“Kita harus bongkar masalah sampai tuntas. Biar puas! Yang merasa tidak punya masalah silakan keluar ruangan saja!”

Kalimat tersebut beberapa kali terlontar oleh seorang peserta ketika PENALAHATI memfasilitasi team building para staf sebuah NGO internasional kantor regional Aceh. Cetusan yang dikeluarkan peserta, yang dominator ini, karuan saja mempengaruhi proses. Ada yang setuju, tapi kebanyakan diam saja, meski tampak tak setuju.

Tim fasilitator dari PENALAHATI coba menawarkan pendekatan yang berbeda. Bukan bertumpu pada masalah, melainkan pada kekuatan mereka sebagai kelompok. Bukan Deficit based thinking (DBT) tapi Asset Based Thinking (ABT). Memang tidak mudah menawarkan pendekatan ini, karena ada beberapa peserta yang ngotot untuk tetap membongkar masalah. Pun begitu, akhirnya peserta sepakat mengikuti proses yang ditawarkan fasilitator setelah melihat pada kenyataan: tahun lalu mereka membongkar masalah di kantor dengan DBT tapi tidak ada perubahan yang berarti. Malah, persoalan semakin meruncing dan banyak yang masih “terluka” karena “buka-bukaan” waktu itu.

Dan, ajaib memang, suasana murung dan penuh dengan kekesalan berubah menjadi positif dan penuh semangat ketika peserta mulai memasuki tahapan-tahapan ABT tersebut. Semangat baru muncul, begitu pula harapan yang besar bahwa mereka bisa menghadapi tantangan yang ada, serta solusi-solusi (lahir dari peserta sendiri) atas masalah yang ada. Resolusi ditandatangani bersama. Memang, tidak lantas menyelesaikan persoalan yang ada. Tapi, paling tidak memberi harapan baru dengan adanya kesepakatan untuk berfikir positif dan apresiatif menghadapi masa depan.

ABT memang ajaib, mampu mengubah atmosfir pertemuan dalam sekejap. Terima kasih untuk seorang kawan yang rela dini harinya terpakai untuk memberikan input tentang pendekatan ini, melalui telepon dari Bali. ABT memang hebat euy! (diq)


Sekolah Sayur dan Harapan Para Ibu

September 6, 2008

Lama tak ada kabar dari kami. Tapi, tak berarti Penalahati mati suri. Setelah bersibuk-sibuk ria dengan fasilitasi Perencanaan DTPS-KIBBLA, giliran Sahabat Kampung yang perlu mendapat perhatian. Ini terutama karena dukungan yang diberikan CIFOR kepada Situgede Entrepreneurship School untuk menyelenggarakan pelatihan pengelolaan ekonomi keluarga di kelurahan Situgede. Pesertanya adalah para ibu yang sebenarnya selama ini menjadi tulang punggung pengelolaan ekonomi keluarga desa.
Tahap awal dari pelatihan ini, para ibu diajarkan berbagai tips dan triks memanfaatkan pekarangan rumah untuk bercocok tanam sayuran dan tumbuhan dapur lainnya. Seminggu dua kali, sejak acara pembukaan Sekolah Sayur pada 27 Juli 2008, 21 ibu dari empat RW berkumpul untuk berdiskusi, belajar dan berlatih seputar pengolahan media tanam, pembuatan pupuk dari sampah dapur, penyemaian, perawatan tanaman, dan seterusnya. Sahabat Kampung juga menemani para ibu untuk bertandang ke nursery sayur organik yang dikelola secara profesional. Hasilnya, semangat yang bertumpah ruah. Bahwa, para ibu punya kekuatan alternatif untuk menghadapi krisis yang terus saja melibat mereka.